Letakkan Dunia ditanganmu bukan Hatimu


“Hidup adalah Ujian” Penggalan Kalimat ini sering kita dengar, bukan  tidak berdasar tetapi sesuai dengan firman Allah  menjadikan  hidup ini  sebagai ujian,“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (QS. Al-Mulk: 2 )
Dari diayat tersebut kita bisa memahami bahwa hidup ini dijadikan sebagai ujian bagi manusia, apakah manusia itu berhasil  keluar sebagai Insan Kamil yang mengisi hidupnya dengan amalan-amalan dan berguna bagi manusia lainnya (bukan hanya sesama umat Islam) karena islam hakikatnya adalah ketuhanan dan kemanusian, hablumminallah wa hablumminannas seperti yang tertuang pada dua kalimat syahadat. Ataukah sebaliknya menjadikan diri kita adalah bagian dari masalah.
Untuk melewati kehidupan yang memang merupakan sebuah ujian. Hanya orang-orang yang teguh imannya saja dan orang yang memiliki integritas (komitmen dan konsisten) dalam hidup yang bisa melewati ujuian ini dengan baik. Mereka adalah orang-orang yang tidak tertipu oleh kilauan nikmat dunia yang begitu menggoda, orang-orang yang memahami hakikat kehidupan dunia ini sesuai dengan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya ajarkan. Mereka memandang dunia dan seisinya ini tak lebih dari sebuah permainan yang seringkali melalaikan, mereka tidak berbangga hati dan sombong dengan harta kekayaan dan anak yang di miliki. Jika dalam diri mereka telah tertanam sifat-sifat tersebut, maka mereka adalah orang-orang yang zuhud.
Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan oleh H.R. Bukhari telah memberikan panduan bagi orang-orang yang beriman dalam menghadapi kehidupan dunia: "Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau musafir.' (H.R. Bukhari). Beliau tidak hanya member perintah tetapi mencontohkan langsung bagaimana cara hidup didunia melalui setiap gerak langkah yang selalu bermuara pada keridhaan Allah,  padahal Allah telah menjamin Beliau masuk surga. Suatu ketika Ibnu Mas'ud r.a. melihat Rasulullah tidur di atas tikar yang lusuh sampai-sampai pola anyaman tikar membekas di pipinya. Lalu Ibnu Mas'ud menawarkan kepada beliau sebuah kasur. Apa jawaban Rasul? "Untuk apa dunia itu! Hubungan saya dengan dunia seperti pengendara yang mampir sejenak di bawah pohon, lalu pergi dan meninggalkannya." (HR Tirmidzi).
Keteladanan yang dilakukan oleh Rasulullah  seperti kehidupan sederhana dan bersahaja sudah sangat jarang kita temukan di zaman sekarang ini. Umat Islam (sebagian besar) terjebak pada kehidupan dunia dan terlena oleh manisnya tipu daya dan bahkan cendrung menghalalkan segala cara untuk memnuhi kebutuhannya. Yang demikian itu juga yang dilakukan oleh orang-orang kafir  sebagaimana yang dijelaskan oleh Allah SWT dalam surat Muhammad ayat 12: Dan oran-orang yang kafir itu bersenang-senang(di dunia) dan mereka makan seperti binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka.
Untuk mengatasi hal tersebut Islam sebagai agama Rahmatan lilalamin memberikan solusi dalam menghadapi hidup ini yang penuh dengan ujian yaitu Zuhud . zuhud adalah tidak ingin kepada sesuatu dengan meninggalkannya. Menurut istilah zuhud adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disayangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud  yang lebih baik dan bersifat spiritual atau kebahagiaan akherat.
 Zuhud hendaknya menjadi gaya hidup umat muslim kapan dan di manapun ia berada. Zuhud bukanlah meninggalkan kenikmatan dunia, bukan berarti mengenakan pakaian yang lusuh, dan bukan berarti miskin. Zuhud juga bukan berarti hanya duduk di masjid, beribadah dan beribadah saja tanpa melakukan kegiatan-kegaitan lainnya. Zuhud adalah kemampuan kita dalam menjaga hati dari godaan serta tipu daya kemewahan dunia tanpa meninggalkannya. Dengan pengertian yang lebih luas, zuhud merupakan hikmah pemahaman yang membuat seseorang memiliki pandangan khusus terhadap kehidupan duniawi; mereka tetap bekerja dan berusaha,  seperti sabda nabi ‘Berusahalah untuk urusan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya, dan berusahalah untuk urusan akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok pagi.namun kehidupan duniawi itu tidak menguasai kecenderungan hatinya dan tidak membuatnya meninggalkan Allah sedetik-pun. Kita beramal shalih, memakmurkan bumi dan bermuamalah, namun di saat yang sama hati kita tidak tertipu. Kita meyakini sepenuhnya bahwa kehidupan akhiratlah yang menjadi tujuan utama.
Hal yang sangat penting bagi kita semua umat islam yaitu sadar dan menyadarkan saudara-saudara kita tentang hakikat hidup didunia dan hakikat tentang tujuan kita hidup yaitu Akhirat.iman tentang hari kemudian merupakan prinsip utama yang harus terus-menerus harus kita pupuk dan tanamkan dalam hati kita sehinggga motivasi dan orientasi  serta tujuan hidup kita sesuai dengan nilai-nilai islami dan menjadikan kita sebagai bagian dari solusi bukan menjadikan kita sebagai bagian dari masalah.
 "ya Allah jadikanlah dunia di tangan kami bukan di hati kami"

Ngayogyakarta, 25 Mei 2012

Prabu Suleman S 

Share:

0 komentar