MALAM MINGGU/ WEEKEND ; Semua “berawal” dari malam minggu
Malam minggu
atau biasa disebut weekend merupakan malam
yang ditunggu khalayak mulai dari anak sekolah sampai orang kantoran
untuk melepas segala kepenatan fisik maupun pikiran selama seminggu beraktifitas.
Setiap orang dalam menghabiskan malam minggu pasti berbeda-beda sesuai dengan
ekspektasi orang tersebut
Seperti orang
kebanyakan yang selalu menanti hari libur saya juga seperti itu namun malam
minggu kali ini rutinitas yang saya jalani agak berbeda
dibandingkan dengan malam-malam
minggu sebelumnya. Mungkin
karena sedang mengalami cobaan.
Malam beranjak
larut jam didinding menunjuk pukul 12
malam setelah menemani ibu yang lagi sakit. kata dokter sakit ibu agak parah
sedih melihat kondisi ibu yang lemah tak berdaya di pembaringan. Seraya “berpasrah” dan Iklas atas
kehendak sang khalik. Dalam menjalani hari-hari terhitung sejak ibu sakit setiap saat desahan
nafasku adalah doa buat ibu moga cepat sembuh….
Selepas menemani
ibu, Saya melanjutkan hobi menonton sepak
bola di salah satu stasiun tv swasta bersama beberapa teman. sesaat kemudian pandangan mata ini tidak bisa konsentrasi tergannggu
dengan dentuman musik yang semakin malam semakin keras…. Pikiran mulai bertanya-tanya dan
menerawang mencari tahu ada
hajatan apa sehingga di gelar pesta, terlintas teringat akan sebuah baliho yang
terpampang di sekitar lampu merah jalan
raya Bastiong Talangame yang berisi tentang perayaan menyambut
tahun baru Islam,
dengan mengingat baliho tersebut untuk
sementara satu pertanyaan terjawab dari berjuta pertanyaan yang menggangu
kosentrasi, mungkin hajatan tersebut digelar untuk menyambut tahun baru Islam.. Terdengar agak klise dan naif namun namanya analisis, formulasi yang sering dipakai
untuk memulai analisis yaitu kata mungkin atau kemungkinan meskipun hasilnya premature.
Dahi berkerut
tak habis pikir kalau benar hajatan pesta yang digelar malam ini dalam rangka
menyambut tahun baru Islam, nanti apa kata dunia… Tapi
biarlah dunia berkata apa yang penting
happy. Itu menurut mereka bukan saya….
Di kota Ternate
pesta seolah-olah menjadi sebuah keniscayaan dalam mensyukuri setiap nikmat yang diberikan oleh sang maha kuasa.
Mulai dari pernikahan, sunatan, cukur rambut/akikah, wisuda, atau apapun,
kadang tanpa ada alasan yang jelas pesta juga sering digelar. Tak bisa
terbayang kalau orang meninggalpun
digelar pesta naudzu bilahi min dzalik….
Tak tahan dengan
rasa penasaran yang mengganggu
pikiran sehingga tak kosentrasi menonton sepak bola dilayar kaca, saya beranjak
pergi mengikuti suara dentuman musik
yang terbawa oleh angin malam, tak berselang lama sampai juga di tempat pesta
karena lokasinya tak jauh dari rumah. Lapangan yang sehari-hari dipakai
bermain sepak bola malam itu berubah menjadi tempat berjingkrak-jingkrak
mengikuti ritme irama
music.
Sesampai di
tempat pesta berlagak seperti detektif,
mata ini menerawang
menjelajahi setiap jengkal lapangan yang ditutupi dengan tenti/tenda untuk menjawab rasa penasaran yang sedari tadi mengaganggu
pikiranku..
Seluruh anak muda yang
berada di areal tersebut seakan akan tanpa sadar terhipnotis oleh suara music.
Beragam koreo joget/disco diperagakan. Ada yang berpasang-pasangan ada juga
yang sendirian. Tapi Bukan itu yang membuat saya kaget. Bagi saya mungkin pesta
malam ini merupakan pelepas dahaga tuk berpesta/joget setelah sekian lama pesta
joget tidak digelar dikarenakan kepolisian
selaku institusi pemberi ijin
tidak mengeluarkan ijin keramaian dalam penyelenggaraan pesta setelah
bentrok yang terjadi dengan melibatkan kelurahan Tobona dan kelurahan Mangga Dua yang memakan korban
jiwa beberapa bulan lalu….
Sejurus
kemudian mata ini dibuat terbelalak dan terperangah
melihat sebuah kenyataan yang terjadi
didepan mata. Ibaratnya dengan melihat kenyataan tersebut membuatku seperti
dihantam pukulan Mike Tyson sileher
beton… Namun beruntung bukan pukulan
sebenarnya kalau tidak bisa-bisa masuk ICCU….. Ternyata sebagian besar
anak-anak muda yang berjonget, berjingkrak-jingkrak mengikuti irama music
tersebut adalah anak-anak dibawah umur. Kira-kira seumuran anak smp kelas 2
atau 13-14 tahun.
Ada
apa sebenarnya ? sampai sejauh inikah degradasi moral melanda generasi muda
yang menjunjung tinggi adat seatorang,…….?????
Sebegitu parahkan keadaan generasi muda? Bagaimana nasib daerah ini kedepan
jika generasi mudanya sudah senang berpesta pora bukan melakukan hal-hal yang
positif... Wallahualam, ya rabb ini kah
pertanda kehancuran daerah ini?
Sembari berdesah
panjang, sepintas
saya mencoba menganalisis
dengan tidak menggunakan metode
baku tapi mencoba mencari kebenaran mungkin menurut sebagian orang
subyektif atau apapun tapi yang penting
tidak melanggar kaida normative maupun etika.
Mungkinkah
anak-anak baru gede tersebut bisa dijerat dengan hokum karena berbagai gaya
yang diperagakan saat berjoget sudah mengarah pada gerakan gerakan erotis,
gerakan yang mengundang hasrat birahi lawan jenis. Ditempat/ruang terbuka saja sudah
seperti itu apalagi di tempat tertutup [diskotik]?, pikiran mulai liar dan agak nakal membayangkan sesuatu yang
terjadi didiskotik. Jangan-jangan rusaknya
moral dan maraknya praktek prostitusi yang melanda
pelajar dimulai dari sini, hanya untuk
memenuhi tuntutan life style.
Terlalu premature untuk menjustifikasi dan menyederhanakan realitas yang
terjadi tapi paling tidak tidak ada pihak yang saya salahkan dengan kondisi seperti ini. Setelah
mengamati pesta tersebut
dengan mimik
resah bercampur heran. Saya berjalan pulang menuju rumah.
Berakrab
dengan keresahanku yang terakhir hidup ini semakin tidak aku pahami, setiap aku
kebingunngan aku semakin nyaman dengannya sebab semakin bingung membuatku semakin kritis dan mencoba menganlisis sesuatu.....
Bastiong Talangame, 02 Desember 2011
Abu Al_Qalby
0 komentar